Sang Buddha mengatakan bahwa Beliau juga pernah melihat makhluk tersebut saat Beliau baru saja mencapai ke-Buddha-an, namun Beliau tidak mengatakan hal itu, karena orang-orang mungkin tidak akan percaya dan akan menyalahkan Beliau. Kemudian Sang Buddha menceritakan kisah tentang makhluk peta babi tersebut.
Pada masa Buddha Kassapa, makhluk peta babi itu adalah seorang bhikkhu yang sering membabarkan Dhamma. Suatu ketika, ia mengunjungi sebuah vihara yang ditempati oleh dua bhikkhu. Setelah tinggal beberapa waktu bersama kedua bhikkhu tersebut, ia menyadari bahwa ia telah berbuat cukup baik karena orang-orang menyukai penjelasannya. Ia merasa akan lebih baik lagi bila ia dapat membuat kedua bhikkhu tersebut pergi dan vihara itu menjadi miliknya sendiri. Maka ia mencoba untuk mengadu domba mereka. Kedua bhikkhu tersebut bertengkar dan meninggalkan vihara menuju dua arah yang berlawanan. Akibat dari perbuatan buruk itu, bhikkhu tadi terlahir di Alam Neraka Avici dan ia harus menjalani sisa hidupnya dengan menderita sebagai makhluk peta yang berwujud babi dengan mulut dipenuhi belatung.
Sang Buddha melanjutkan, “Seorang bhikkhu haruslah tenang dan terkendali baik dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan”.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 281 berikut:
Hendaklah ia menjaga ucapan dan mengendalikan pikiran dengan baik serta tidak melakukan perbuatan jahat melalui jasmani. Hendaklah ia memikirkan tiga saluran perbuatan ini, memenangkan “jalan” yang telah dibabarkan oleh Para Suci.
Sumber artikel: http://buddhist.dipankarajayaputra.com/kisah-babi-peta.html
Sumber gambar: thevine.com.au
Tidak ada komentar:
Posting Komentar