16/06/11

Bakti Anak Kepada Orang Tua

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang belum tentu menjadi ayah atau ibu dari anak-anaknya, namun ia pasti telah menjadi anak dari orangtuanya. Memang, setiap orang pasti dilahirkan oleh orangtua. Ia dilahirkan dengan wajah sempurna maupun buruk, badan lengkap maupun cacat, semua itu adalah pemberian orangtua yang tidak boleh disia-siakan. Menurut Dhamma, dengan seseorang terlahir sebagai manusia, ia mempunyai kesempatan besar untuk mendengar serta melaksanakan Buddha Dhamma sehingga ia mencapai kesucian. Oleh karena itu, menyadari bahwa badan yang sangat bermanfaat ini adalah pemberian orangtua, seorang anak hendaknya menjaga badannya dengan baik. Ia hendaknya merawat kesehatan badan dengan makan makanan yang bergizi, hidup dalam keteraturan serta menghindari penggunaan narkoba atau sejenisnya yang dapat merusak tubuhnya.


Membahas tentang menjaga badan pemberian orangtua ini terdapat sebuah cerita menarik mengenai seorang panglima perang di jaman dahulu. Dalam sebuah peperangan, ia terkena panah tepat di bagian mata. Anak panah itu menancap erat di mata. Dengan sangat kesakitan, panglima perang itu mencabut anak panah tersebut. Namun, karena kuatnya anak panah menancap di mata, mata sang panglima pun ikut tercabut keluar. Sang panglima yang kesakitan ini kemudian menelan mata yang ada di ujung anak panah. Ia menelan biji mata tersebut sambil merenungkan bahwa ‘mata ini adalah bagian dari tubuh yang telah diberikan oleh orangtua saya. Saya tidak ingin membuang atau menyia-nyiakannya.' Kisah yang sangat luar biasa ini menunjukkan sedemikian besar penghormatan anak terhadap orangtuanya yang dilakukan dengan menjaga tubuhnya baik-baik.

Karena anak telah dilahirkan oleh orangtua, maka anak otomatis mempunyai kewajiban mendukung serta menghormat ayah dan ibu di saat mereka masih hidup maupun setelah mereka meninggal dunia. Kewajiban ini perlu dilakukan karena sejak lahir anak selalu dibantu oleh orangtua. Anak dibantu mendapatkan makanan, tempat yang hangat, dijaga ketika sakit, dirawat ketika masih belum mandiri, serta masih banyak tindakan lain yang dilakukan orangtua demi kebahagiaan anaknya. Menyadari hal ini, anak yang berbakti tentu akan bangkit semangat untuk membalas jasa orangtua. Ia akan malu jika tidak mampu melakukan kewajiban membalas jasa kebajikan yang telah dilakukan orangtua kepadanya selama ini.

Menurut Dhamma, orangtua sering disamakan dengan Brahma yang tinggal dalam rumah. Persamaan ini menunjukkan sedemikian tinggi penghormatan terhadap orangtua yang dianjurkan dalam Ajaran Sang Buddha. Seperti diketahui bersama bahwa Brahma adalah mahluk penghuni alam Brahma yang posisinya jauh lebih tinggi daripada para dewa dewi yang menjadi penghuni berbagai alam surga.

Sedemikian besar jasa orangtua terhadap anak sehingga disebutkan dalam Kitab Suci Agama Buddha, Tipitaka di bagian Anguttara Nikaya bahwa di dunia ini terdapat dua orang yang paling berjasa yaitu ayah dan ibu. Dikatakan dalam sutta tersebut bahwa meskipun sebagai anak selalu menggendong orangtuanya selama 100 tahun tanpa berhenti, namun kebajikan yang dilakukan anak tersebut belum mencukupi untuk membalas jasa kebajikan yang telah dilakukan orangtua terhadap anaknya. Akan tetapi, ketika anak mampu mengenalkan serta meyakinkan orangtua agar selalu melaksanakan Buddha Dhamma, maka jasa kebajikan anak mampu melebihi jasa kebajikan yang pernah orangtua lakukan terhadap anak. Pengenalan Dhamma yang dimaksud di sini adalah mengkondisikan orangtua mengerti dan melaksanakan kerelaan, kemoralan serta konsentrasi atau meditasi sehingga mereka mencapai kebijaksanaan. Lebih baik lagi kalau ayah dan ibu mampu mencapai kesucian atau Nibbana.

Upaya mengenalkan Dhamma kepada orangtua adalah upaya anak yang baik dan berbakti. Seperti disebutkan dalam Dhamma bahwa terdapat tiga jenis anak yaitu anak yang memiliki kualitas sama dengan orangtua. Anak yang kualitasnya lebih rendah daripada orangtuanya. Dan yang terakhir adalah anak yang kualitasnya lebih tinggi daripada orangtuanya.

Adalah wajar apabila anak ingin selalu lebih berkualitas daripada orangtuanya. Bahkan, hal inipun menjadi harapan hampir semua orangtua terhadap anaknya. Oleh karena itu, sebagai anak, ia hendaknya selalu berusaha meraih prestasi tertinggi di segala bidang yang positif. Semakin banyak hal positif yang dilakukan anak, semakin baik pula penilaian masyarakat terhadap anak dan orangtuanya. Pencapaian prestasi ini menjadi salah satu sarana anak mendukung, membahagiakan dan menjaga nama baik orangtua.

Apabila anak tidak mampu memberikan prestasi yang tertinggi, maka anak dapat pula memberikan perhatian kepada orangtuanya. Anak hendaknya berusaha semaksimal mungkin agar orangtua merasakan kebahagiaan dalam hidup mereka. Orangtua berbahagia karena mereka telah melahirkan anak yang berguna. Inilah sikap anak yang baik terhadap orangtuanya yang masih hidup. Sedangkan, apabila orangtua telah meninggal dunia, maka anak mempunyai kewajiban untuk melakukan pelimpahan jasa. Pelimpahan jasa adalah perbuatan baik yang dilakukan anak atas nama orangtua yang telah meninggal dunia.

Berbagai perbuatan baik dapat dilimpahkan jasanya kepada orangtua. Tindakan yang paling sederhana adalah membacakan paritta untuk kebahagiaan orangtua di alam kelahiran yang sekarang. Dalam Dhamma, membaca paritta juga termasuk kebajikan dengan badan, ucapan dan juga pikiran. Hal ini bisa dimengerti karena selama seseorang membaca paritta, seluruh perhatian dipusatkan pada pengulangan kotbah Sang Buddha. Pemusatan pikiran ini juga termasuk salah satu bentuk kebajikan. Selain membacakan paritta, anak juga bisa membagikan sebagian dari milik atau hartanya untuk para penghuni panti asuhan atau yayasan sosial lainnya. Anak dapat membagikan makanan, pakaian, obat-obatan serta berbagai kebutuhan lainnya atas nama orangtuanya yang telah meninggal dunia. Diharapkan, dengan berbagai kebajikan yang dilakukan ini, orangtua akan bahagia di alam kelahiran yang sekarang.

Dengan demikian, seorang anak setelah menyadari bahwa dirinya ada di dunia ini karena jasa kebajikan orangtua, ia hendaknya selalu berusaha membahagiakan orangtuanya ketika masih hidup maupun telah meninggal dunia. Dengan melakukan kebajikan seperti ini, anak sesungguhnya juga terkondisi untuk berbuat baik sehingga ia mempunyai kesempatan mendapatkan kebahagiaan. Begitu pula dengan orangtuanya, apabila mereka terlahir di alam yang sesuai, mereka dapat menerima pelimpahan jasa yang telah dilakukan secara rutin oleh anaknya. Oleh karena itu, menurut Dhamma, mendukung serta menyokong ayah dan ibu bisa dilakukan ketika mereka masih hidup atau sudah meninggal. Ketika mereka masih hidup, bantulah mereka dalam melakukan berbagai kegiatan sehari-hari. Rawatlah kesehatan mereka agar mereka bahagia. Bertindaklah yang baik sehingga orangtua bangga dengan anak-anaknya. Namun, setelah mereka meninggal dunia, anak harus tetap mengingat jasa orangtua dan melakukan upacara pelimpahan jsaa untuk mereka.

Inilah wujud bakti yang dapat dilakukan anak terhadap orangtuanya. Sesungguhnya, mendukung maupun menyokong ayah dan ibu adalah berkah utama karena dapat memberikan kebahagiaan untuk kedua belah pihak.



Sumber: http://damitashoppe.multiply.com/journal/item/89/Renungan_Bakti_Anak_terhadap_Orang_Tua

Mimpi

        Satu dari masalah terbesar umat manusia yang belum terbongkar ialah misteri mimpi. Sejak dulu kala, manusia telah mencoba menganalisa dan mencoba pula untuk menerangkan mimpi di dalam istilah yang berhubungan dengan ramalan dan psikologi, namun walaupun saat ini telah banyak ukuran keberhasilannya, kita mungkin masih belum dapat secara tepat menjawab pertanyaan: ‘Apakah mimpi itu?’.
            Seorang penyair Inggris, William Wordsworth memiliki sebuah konsep yang mengejutkan: bahwa kehidupan yang kita jalani ini semata-mata sebuah mimpi dan kita akan ‘sadar’ kepada kenyataan yang ‘nyata’ apabila kita mati, jika ‘mimpi’ kita berakhir…. Satu konsep yang mirip digambarkan dalam satu ceritera Buddhis kuno yang sangat menarik yang menceriterakan satu dewa yang sedang bermain-main bersama beberapa dewa lainnya. Dewa tersebut merasa lelah, kemudian berbaring tidur sebentar dan menghilang (meninggal). Ia terlahir di bumi sebagai seorang wanita. Ia menikah, mempunyai beberapa orang anak, dan hidup sampai usia tua. Setelah ia meninggal di bumi ini, ia kembali terlahir sebagai dewa di dalam kelompok para dewa yang baru saja selesai bermain-main tadi.

            Apa yang dapat Buddha Dhamma katakan tentang mimpi? Buddha Dhamma membagi keterbukaan kepada mereka yang menganggap dirinya mahir dalam menafsirkan mimpi. Orang-orang tersebut memperoleh banyak uang memanfaatkan kebodohan pria dan wanita yang percaya bahwa setiap mimpi mempunyai arti ramalan atau arti spiritual.
            Menurut psikologi Buddha Dhamma, mimpi merupakan proses pikiran yang terjadi sebagai aktivitas pikiran. Peristiwa mimpi erat hubungannya dengan peristiwa tidur, dan peristiwa tidur ini dapat dianggap terdiri dari lima tahap: 
Tahap mengantuk 
Tahap tidur ringan (tidur ayam) 
Tahap tidur lelap (pulas) 
Tahap tidur ringan (tidur ayam) 
Tahap bangun tidur.
Arti dan penyebab mimpi merupakan bahan diskusi yang menarik di dalam buku
terkenal ‘Milinda Panha’ atau ‘Pertanyaan-pertanyaan Raja Milinda’. Bhikkhu Nagasena menjelaskan bahwa penyebab mimpi ada enam macam, tiga di antara yang pertama ialah angin, air empedu dan lendir/dahak. Yang keempat adalah campur tangan kekuatan gaib; yang kelima ialah bangkitnya pengalaman-pengalaman lampau, dan yang keenam adalah pengaruh peristiwa-peristiwa yang akan terjadi (akan datang). Dijelaskan pula bahwa mimpi hanya terjadi pada tahap ‘tidur ringan’, yang disebut sebagai ‘mirip tidurnya kera’. Di antara keenam penyebab yang diterangkan oleh Bhikkhu Nagasena, dengan nyata dijelaskan bahwa jenis mimpi yang terakhir merupakan mimpi yang mengandung ramalan dan paling penting, sedangkan yang lainnya relatif tidak berarti.
            Mimpi adalah gejala yang diciptakan oleh pikiran dan mimpi merupakan kegiatan-kegiatan pikiran. Semua manusia bermimpi, walaupun beberapa di antaranya tidak ingat. Buddha Dhamma mengajarkan bahwa mimpi mempunyai arti psikologi. Enam sebab yang disebutkan di atas dapat di golongkan ke dalam empat cara sebagai berikut :
I.                    Jenis Pertama. Setiap satu pemikiran yang muncul ikut terkesan di dalam pikiran bawah sadar dan beberapa di antaranya dengan kuat mempengaruhi pikiran, tergantung keinginan kita. Ketika kita sedang tidur, beberapa pemikiran ini terangsang dan muncul sebagai ‘gambar-gambar’ yang bergerak di hadapan kita. Hal ini terjadi karena selama tidur: kelima indria yang merupakan penghubung kontak kita dengan dunia luar, tertahan sementara. Lalu kesan bawah sadar bebas untuk menjadi dominant dan mengulangi pemikiran-pemikiran yang tertimbun. Mungkin jenis mimpi ini bermanfaat bagi para ahli penyakit jiwa, namun tak dapat digolongkan ke dalam mimpi yang mengandung ramalan. Mimpi-mimpi ini semata-mata cerminan pikiran pada saat kita sedang beristirahat.
II.                 Jenis Kedua. Mimpi jenis ini disebabkan oleh gangguan luar (eksternal) dan gangguan dalam (internal) yang menimbulkan sebuah ‘rangkaian pemikiran yang dapat dilihat’, yang ‘dilihat’ oleh pikiran ketika kita sedang istirahat. Faktor-faktor internal adalah faktor yang menganggu tubuh (misalnya sebuah makanan berat yang menyebabkan seseorang tidak dapat tidur enak atau tak seimbang dan gesekan antara unsur-unsur pembentuk tubuh). Gangguan  eksternal adalah terganggunya pikiran (walaupun orang yang tidur mungkin tidak menyadarinya) oleh gejala-gejala alamiah seperti cuaca, angin, rasa dingin, hujan, gemerisik dedaunan, bunyi berderaknya jendela. Pikiran bawah sadar bereaksi terhadap gangguan tersebut dan menciptakan gambar-gambar untuk ‘menghilangkan’ gangguan tersebut. Pikiran tampaknya menyesuaikan diri terhadap gangguan tersebut melalui suatu cara tertentu sehingga orang yang bermimpi (pemimpi) dapat meneruskan tidurnya dengan enak (tak terganggu). Juga… mimpi-mimpi jenis ini tidak penting dan tak perlu ditafsirkan.
III.               Jenis Ketiga. Mimpi yang penting adalah mimpi yang mengandung ramalan. Mimpi ini  jarang di alami, dan terjadi apabila terdapat peristiwa mendatang yang sangat berkaitan dengan orang yang bermmpi. Buddha Dhamma mengajarkan bahwa di samping dunia nyata yang dapat kita alami , juga terdapat para dewa yang berdiam di alam lain, atau juga para hantu yang terikat pada bumi ini, kita tidak dapat melihatnya. Mereka mungkin saja kerabat atau sahabat-sahabat kita yang telah meninggal dunia dan telah dilahirkan kembali sebagai makhluk-makhluk tersebut. Mereka memelihara hubungan batinnya yang lampau dan melekat kepada kita. Apabila umat Buddha melimpahkan jasa kepada para dewa atau orang-orang yang telah meninggal dunia, ia ingat dan mengundang makhluk-makhluk tersebut untuk turut merasa gembira di dalam kebaikan atau jasa tersebut. Jadi ia menumbuhkan satu hubungan batin kepada mereka yang telah meninggal dunia. Sebagai akibatnya para dewa merasa gembira dan mereka tetap memperhatikan kita , mereka menunjukkan sesuatu melalui mimpi andaikata kita menghadapi suatu masalah besar dan mereka mencoba melindungi kita dari bahaya. Dengan demikian, apabila terdapat sesuatu yang penting yang akan terjadi dalam kehidupan kita, mereka menggerakkan energi batin tertentu ke dalam pikiran-pikiran kita, yang terlihat sebagai mimpi. Mimpi-mimpi ini dapat memperingatkan kita dari bahaya yang akan terjadi atau bahkan agar kita bersiap-siap menghadapi kabar baik yang sangat besar. Pesan ini diberikan dalam bentuk simbol (kebanyakan seperti film negatif) dan harus ditafsirkan dengan menggunakan kecerdasan (intelegensia). Sungguh patut disayangkan, bahwa kebanyakan orang salah anggapan terhadap dua jenis mimpi pertama dengan jenis mimpi ketiga ini, dan akhirnya memboroskan waktu dan uang, berkonsultasi kepada para penafsir mimpi dan para dukun palsu. Sang Buddha menyadari bahwa hal ini dapat dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi, oleh karena itu Beliau memperingatkan para Bhikkhu agar nama Buddha Dhamma jangan dipergunakan untuk melakukan praktek-praktek menujum, meramal dan menafsirkan mimpi-mimpi.  
IV.               Jenis Keempat. Pikiran kita merupakan gudang dari semua energi perbuatan (kamma) yang tertumpuk semenjak masa lampau. Kadang-kadang apabila sebuah perbuatan akan masak, pikiran yang sedang istirahat selama tidur, dapat menciptakan ‘gambar’ apa yang akan terjadi. Yang lain lagi, perbuatan-perbuatan yang akan datang menjadi sangat penting dan akan terkesan dengan kuat, lalu pikiran ‘melepaskan’ tenaga ekstra dalam bentuk sebuah mimpi yang hidup. Cuma, mimpi ini munculnya jarang dan hanya pada orang tertentu yang batinnya terlatih. Simbol-simbol dari hasil kamma-kamma tertentu juga muncul dalam pikiran-pikiran kita pada saat-saat terakhir ketika kita akan  meninggalkan dunia ini.
Mimpi dapat muncul apabila dua orang manusia mengirimkan pesan atau kabar satu sama lain melalui telepati batin yang kuat. Apabila seseorang mempunyai hasrat yang kuat untuk berkomunikasi dengan orang lain, ia berkonsentrasi dengan kuat kepada pesan dan kepada orang yang diharapkan untuk dihubungi. Pikiran yang sedang istirahat merupakan kondisi ideal untuk menerima pesan-pesan tersebut, yang dapat dilihat sebagai mimpi. Biasanya mimpi ini hanya muncul  dengan kuat dalam satu saat dan pikiran manusia tidak cukup kuat untuk menahan kabar demikian di atas periode waktu yang panjang.
            Semua yang terikat kepada keduniawian adalah orang-orang yang bermimpi, dan mereka melihat sesuatu yang tidak kekal sebagai sesuatu yang kekal. Mereka tidak melihat bahwa yang muda akan berakhir dalam usia tua, kecantikan akan menjadi kejelekan, kesehatan dapat berubah menjadi kesakitan, kehidupan itu sendiri akan berkahir dalam kematian. Di dalam dunia mimpi ini sesungguhnya tiada inti yang kekal. Bermimpi selama tidur merupakan dimensi lain dari dunia mimpi. Hanya para Buddha dan Arahatlah yang sadar, karena mereka telah melihat kesunyataan.
            Para Buddha dan Arahat tidak pernah bermimpi. Tiga jenis mimpi pertama tidak akan pernah muncul di dalam pikiran mereka, karena pikiran mereka telah tenang dan tak dapat dirangsang untuk bermimpi. Jenis mimpi keempat tak akan terjadi pada mereka karena mereka telah mneghancurkan tenaga keserakahan dengan sempurna, dan tak ada lagi tenaga kebencian yang tersisa, juga tak ada lagi hasrat yang tak terpuasi yang dapat merangsang pikiran untuk bermimpi. Buddha dikenal juga sebagai ‘Orang Yang Sadar’ karena cara Beliau ‘mengendurkan’ badan fisiknya tidaklah sama dengan cara kita tidur yang menghasilkan mimpi.



sumber: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=528.165

Apakah Rasa Takut Itu?

Ajahn Brahm
Rasa takut adalah mencari-cari kesalahan dengan masa depan. Jika saja kita selalu ingat bahwa masa depan itu tak pasti, kita tak akan pernah mencoba meramalkan apa yang bisa salah. Rasa takut berakhir saat ini juga. 

Suatu hari, ketika saya masih kecil, saya begitu takut kalau harus pergi ke dokter gigi. Meskipun saya sudah bikin janji untuk bertemu dengan dokter gigi, tetap saja saya tak ingin pergi. Saya khawatir sendiri dengan tololnya. Saat tiba di tempat praktik dokter gigi, saya diberi tahu bahwa dokter giginya berhalangan. Saya belajar betapa sia-sianya rasa takut itu.
 

Rasa takut terlarut dalam ketidakpastian masa depan. Namun jika kita tidak memakai kebijaksanaan kita, kitalah yang akan dilarutkan oleh rasa takut. Ada seorang samanera cilik yang hampir terlarut oleh rasa takut, namanya Si Belalang Kecil, seorang tokoh dari film seri kuno di televisi yang berjudul Kung Fu. Saya dulu gemar sekali menonton film seri ini pada tahun terakhir sebagai guru sekolah, sebelum saya menjadi bhikkhu. 

Suatu hari, gurunya yang buta mengajak Si Belalang Kecil ke ruangan di belakang biara, yang biasanya terkunci. Di dalam ruangan itu terdapat kolam selebar enam meter, dengan sebuah papan sempit sebagai jembatan yang menghubungkan sisi satu dengan sisi seberangnya. Sang guru memperingati Si Belalang Kecil untuk tidak dekat-dekat dengan pinggir kolam, karena kolam itu bukan berisi air, melainkan berisi larutan asam yang sangat pekat. 

"Tujuh hari lagi," Si Belalang diberi tahu, "kamu akan diuji. Kamu harus berjalan menyeberangi kolam asam ini dengan menjaga keseimbangan di atas papan kayu yang sempit itu. Tapi hati-hati! Kamu lihat kan tulang-belulang di dasar kolam itu?" 

Si Belalang melongok was-was melalui pinggir kolam, dan melihat banyak tulang-belulang di dasar kolam itu. 

"Itu dulunya tulang samanera muda seperti kamu." 

Sang guru lantas mengajak Si Belalang keluar dari ruangan yang mengerikan itu, menuju halaman biara yang diterangi sinar mentari. Di sana, beberapa bhikkhu senior telah memasang papan kayu dengan ukuran hampir sama dengan yang ada di kolam asam, hanya yang ini ditaruh di atas tanah dengan disangga oleh tumpukan dua batu bata. Selama tujuh hari berikutnya Si Belalang Kecil dibebaskan dari tugas-tugasnya untuk berlatih keseimbangan di atas papan itu. 

Itu mudah. Dalam beberapa hari saja dia dapat berjalan dengan keseimbangan sempurna, dengan mata tertutup sekalipun, menyeberangi papan di halaman biara. Dan tibalah harinya ujian. 

Si Belalang dibawa gurunya menuju ruangan dengan kolarn asam itu. Tulang-belulang para samanera yang jatuh tampak putih berkilauan dari dasar kolam. Si Belalang naik ke ujung papan dan menoleh ke arah gurunya. "Jalan!" perintah sang guru. 

Papan di atas kolam asam itu ternyata lebih sempit dari papan di halaman kuil. Si Belalang mulai melangkah, tetapi langkahnya goyah; dia mulai bergoyang-goyang. Bahkan belum setengah jalan, dia semakin terhuyung-huyung. Kelihatannya dia akan segera tercebur ke larutan asam. Tiba-tiba film itu terpotong oleh iklan. 

Saya harus bersabar dari iklan sialan itu, rasanya lama sekali mengkhawatirkan nasib Si Belalang Kecil yang malang itu. 

Nah, pariwara selesai, kita kembali ke kolam asam, tampak Si Belalang mulai kehilangan rasa percaya dirinya. Saya melihat dia melangkah dengan gemetar, lalu oleng..., dia jatuh! 

Guru tua yang buta tertawa terbahak-bahak ketika mendengar suara Si Belalang tercebur ke kolam. Itu bukan asam, itu cuma air. Tulang-belulang tua itu telah ditaruh di dalam kolam sebagai "tipuan khusus". Mereka telah mengakali Si Belalang Kecil, termasuk saya juga jadi korban akal-akalan. 

"Apa yang membuatmu jatuh?" tanya sang guru dengan serius. "Rasa takutlah yang menjatuhkanmu, Belalang Kecil, hanya rasa takut." 

Dikutip dari buku Membuka Pintu Hati 

14/06/11

Indahnya Ajaran Sang Buddha

Buddha diagungkan bukan karena kekayaan, keindahan, atau lainnya. Beliau diagungkan karena kebaikan, kebijaksanaan, dan pencerahanNya. Inilah alasan mengapa umat Buddha, menganggap ajaran Buddha sebagai jalan hidup tertinggi. Apa sajakah hal-hal yang menumbuhkan kekaguman terhadap ajaran Buddha ?

1. Ajaran Buddha tidak membedakan kelas / kasta Buddha mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau jahat bukan karena kasta atau status sosial, bukan pula karena percaya atau menganut suatu ajaran agama.
Seseorang baik atau jahat karena perbuatannya. Dengan berbuat jahat, seseorang menjadi jahat, dan dengan berbuat baik, seseorang menjadi baik. Setiap orang, apakah ia raja, orang miskin atau pun orang kaya, bisa masuk surga atau neraka, atau mencapai Nibbana, dan hal itu bukan karena kelas atau pun kepercayaannya.

2. Agama Buddha mengajarkan belas kasih yang universal. Buddha mengajarkan kita untuk memancarkan metta (kasih sayang dan cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa kecuali. Terhadap manusia, janganlah membedakan bangsa. Terhadap hewan, janganlah membedakan jenisnya.

3. Dalam ajaran Buddha, tidak seorang pun diperintahkan untuk percaya. Sang Buddha tidak pernah memaksa seseorang untuk mempercayai ajaranNya. Semua adalah pilihan sendiri, tergantung pada hasil kajian masing-masing individu. Buddha bahkan menyarankan, "Jangan percaya apa yang Kukatakan kepadamu sampai kamu mengkaji dengan kebijaksanaanmu sendiri secara cermat dan teliti apa yang Kukatakan."

Hal ini pun berbeda dengan agama lain yang melarang pengikutnya mengkritik ajarannya sendiri. Ajaran Buddha tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dan kritik-kritik terhadap ajaranNya. Jelaslah bahwa ajaran Buddha memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir.

4. Agama Buddha mengajarkan diri sendiri sebagai pelindung. Buddha bersabda, "Jadikanlah dirimu pelindung bagi dirimu sendiri. Siapa lagi yang menjadi pelindungmu? Bagi orang yang telah berlatih dengan sempurna, maka dia telah mencapai perlindungan terbaik."
Buddha tidak pernah mengutuk seseorang ke neraka atau pun menjanjikan seseorang ke surga, atau Nibbana; karena semua itu tergantung akibat dari perbuatan tiap-tiap orang, sementara Buddha hanyalah guru atau pemimpin. Seperti tertulis dalam Dhammapada, "Semua Buddha, termasuk Saya, hanyalah penunjuk jalan." Pilihan untuk mengikuti jalanNya atau tidak, tergantung pada orang yang bersangkutan. Hal ini pula yang membedakan dengan agama lain yang percaya Tuhan bisa menghukum orang ke neraka atau mengirimnya ke surga.

5. Agama Buddha adalah agama yang suci. Yang dimaksudkan di sini adalah agama tanpa pertumpahan darah. Dari awal perkembangannya sampai sekarang, lebih dari 2500 tahun agama Buddha tidak pernah menyebabkan peperangan. Bahkan, Buddha sendiri melarang penyebaran ajaranNya melalui senjata dan kekerasan.

6. Agama Buddha adalah agama yang damai dan tanpa monopoli kedudukan. Dalam Dhammapada, Buddha bersabda, "Seseorang yang membuang pikiran untuk menaklukkan orang lain akan merasakan kedamaian." Pada saat yang sama, Beliau memuji upaya menaklukkan diri sendiri. Beliau berkata, "Seseorang yang menaklukkan ribuan orang dalam perang bukanlah penakluk sejati. Tetapi seseorang yang hanya menaklukkan seorang saja yaitu dirinya sendiri, dialah pemenang tertinggi." Di sini, menaklukkan diri sendiri terletak pada bagaimana mengatasi kilesa (kekotoran batin).

Buddha mengatakan bahwa semua makhluk harus dianggap sebagai sahabat atau saudara dalam kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Beliau juga mengajarkan semua umat Buddha untuk tidak menjadi musuh orang-orang tak seagama atau pun menganggap mereka sebagai orang yang berdosa.

Beliau mengatakan bahwa siapa saja yang hidup dengan benar, tak peduli agama apapun yang dianutnya, mempunyai harapan yang sama untuk beroleh kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.

Sebaliknya, siapapun yang menganut agama Buddha tetapi tidak mempraktikkannya, hanya akan beroleh sedikit harapan akan pembebasan dan kebahagiaan. Dalam agama Buddha, setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Dengan kata lain, setiap orang dapat mencapai Kebuddhaan.

7. Agama Buddha mengajarkan hukum sebab dan akibat.
Buddha mengajarkan bahwa segala sesuatu muncul dari suatu sebab. Tiada suatu apapun yang muncul tanpa alasan. Kebodohan, ketamakan, keuntungan, kedudukan, pujian, kegembiraan, kerugian, penghinaan, celaan, penderitaan –semua adalah akibat dari keadaan-keadaan yang memiliki sebab. Akibat-akibat baik muncul dari keadaan-keadaan yang baik, dan akibat buruk muncul dari penyebab-penyebab buruk pula. Kita sendiri yang menyebabkan keberuntungan dan ketidakberuntungan kita sendiri.

Tidak ada Tuhan atau siapapun yang dapat melakukannya untuk kita. Oleh karena itu, kita harus mencari keberuntungan kita sendiri, bukan membuang-buang waktu menunggu orang lain melakukannya untuk kita. Jika seseorang mengharapkan kebaikan, maka dia hanya akan berbuat kebaikan dan berusaha menghindari pikiran dan perbuatan jahat.

Prinsip-prinsip sebab dan akibat; suatu kondisi yang pada mulanya sebagai akibat akan menjadi sebab dari kondisi yang lain, dan seterusnya seperti mata rantai. Prinsip ini sejalan dengan pengetahuan modern yang membuat agama Buddha tidak ketinggalan jaman daripada agama-agama lain di dunia.

Sang Buddha Menjadi Contoh Perdamaian.

"Meninggalkan pembunuhan, bhikkhu Gautama hidup menghindari diri dari membunuh, beliau tidak menggunakan tongkat ataupun pedang, beliau hidup dengan penuh perhatian, belas kasihan dan simpati kepada yang lain" (Digha Nikaya, Sutta No.1)

"Sang Buddha tidak hanya puas (Catatan dari penterjemah: puas dalam arti: Buddha lebih suka) Buddha dengan omongan dan ucapan tentang perdamaian. Buddha juga tidak puas kalau hanya diriNya yang hidup dalam damai. Beliau secara aktif mendukung kedamaian dengan berusaha menghentikan peperangan. Ketika saudara-saudaraNya hendak pergi perang untuk merebut bagian air sungai Rohini, Sang Buddha tidak memihak siapapun.

Sang Buddha tidak mendukung saudara-saudaraNya untuk ikut perang, tidak membantu dalam taktik peperangan, atau tidak menyuruh saudara-saudaraNya untuk tidak memberi ampun kepada musuh. Akan tetapi, Sang Buddha berdiri di antara kedua pihak dan berkata,"Mana yang lebih berharga? Darah atau air?" Para tentara menjawab,"Darah lebih berharga, Tuan."

Lalu Sang Buddha berkata,"Lalu bukankah sangat tidak masuk akal untuk mengorbankan darah demi air?" Kedua belah pihak akhirnya meletakkan senjata dan tercapailah perdamaian." (Dhammapada Atthakata Book 15,1)

Sang Buddha telah menyingkirkan kebencian dan mengisi pikiranNya dengan cinta dan belas kasihan. Menyetujui peperangan adalah hal yang mustahil bagi Sang Buddha.


YO DHAMMAM DESESI ADIKALYANAM MAJJHEKALYANAM PARIYOSANAKALYANAM TI
"Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya"


Meredakan Kemarahan


Sangat menarik….. cuma bagaimana caranya meredakan kemarahan ?
Apakah semudah mengatakannya ? Dari apa yang pernah saya lakukan dan pelajari, ternyata sangat mudah !

1. Ketika marah…. sebelum anda mengeluarkan kemarahan anda … tariklah nafas yang dalam…. tahan beberapa saat ( dan sambil mmenahan nafas… kumpulkan segala kemarahan kedalam rongga dada )… lalu hembuskan dengan melalui mulut dengan gerakan meniup.. lakukan beberapa kali sampai anda merasa tenang dan nyaman
2. Atau cara lain… anda imajinasikan sedang menggenggam bola tenis….genggam dengan kuat… sambil anda alirkan marah anda ke bola tenis tersebut…. pas ketika anda merasa sangat marah… lemparkan bola tenis tersebut kuat kuat…. bersamaan anda melempar emosi anda
3. Buat yang senang dengan olah raga lebih mudah lagi ( trutama tenis, bulutangkis, golf, squash, dll) pukulah bola denga skuat kuatnya…. dengan emosi yang penuh… dengan segala kemarahan yang tersimpan… ( cuma kasian yang jadi musuh anda )
4. Dan yang paling nikmat adalah… masuklah kedalam kamar mandi… mandilah dengan air dingin… guyur kepala anda….dan nikmati kesegaran air dikepala anda… ( paling pas kalo pake shower )
Mudah mudahan bermanfaat
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu
MEREDAKAN KEMARAHAN
Di buku rekor Guinness 2005, Percy Arrowsmith dan Florence tercatat sebagai suami istri tertua di dunia. Mereka telah menikah selama 80 tahun. Percy berusia 105 tahun, sedangkan istrinya 100 tahun. Namun, keduanya masih saling mencintai. Apa rahasianya? “Sederhana!” kata mereka. “Kami tidak akan pergi tidur sebelum menyelesaikan konflik. Tidak enak tidur membawa kemarahan. Jika bertengkar, kami berusaha saling mengampuni sebelum larut malam, supaya hari itu bisa ditutup dengan ciuman dan genggaman tangan.”
Kemarahan bisa mampir mendadak; ketika kita dicurangi, dituduh bersalah, atau saat melihat ketidakadilan. Jika dipendam, kemarahan ini akan berbuahkan iri hati dan kepahitan. Satu kali ia bakal meledak dan bertindak main hakim sendiri! Maka, nasihatinya adalah untuk berhenti marah dan menyerahkan masalahnya kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang bertindak dan memunculkan keadilan. Kemarahan tidak berguna. Jika disimpan, ia bagai sampah yang membusuki hati.
Apakah Anda sedang marah atau kerap marah? Datangnya marah tak bisa dicegah, tetapi bisa diredakan. Ceritakan kekesalan Anda kepada Tuhan, nantikan Dia bertindak, lalu padamkan amarah Anda sebelum mentari terbenam. Jangan biarkan kemarahan mengotori hati, mematahkan semangat, dan mengganggu waktu tidur Anda!
KEMARAHAN ITU BAGAIKAN KANKER IA HARUS SEGERA DIBABAT SEBELUM MERAMBAT

http://peoplewillfindtheway.blogspot.com/search/label/Emosi

10/06/11

Manfaat Bermeditasi

Bagi sebagian orang, meditasi dianggap sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu karena hanya duduk berdiam diri, tidak melakukan aktivitas lainnya. Namun dibalik semua itu, latihan meditasi yang dilakukan secara rutin akan memberikan manfaat bagi pelakunya. Setiap orang, siapa pun Anda, pasti akan mendapat manfaatnya.

Manfaat meditasi bagi Anda antara lain:

Jika Anda orang yang sibuk, meditasi dapat membantu Anda membebaskan ketegangan dan mendapatkan relaksasi.

Jika Anda orang yang penuh dengan perasaan kuatir, meditasi dapat menenangkan Anda dan membantu menemukan kedamaian pikiran.

Jika Anda orang yang selalu ditimpa masalah, meditasi dapat membantu Anda membangun keberanian dan kekuatan untuk menghadapi dan mengatasinya.

Jika Anda kurang percaya diri, meditasi dapat membantu Anda menemukan kepercayaan diri yang merupakan kunci kesuksesan hidup.

Jika Anda sering mengalami ketakutan, meditasi dapat membantu Anda untuk memahami sifat sejati dari permasalahan yang membuat Anda takut sehingga dapat mengatasi ketakutan dalam pikiran.

Jika Anda selalu tidak puas terhadap segala sesuatu dan tampaknya tidak ada hal yang memuaskan dalam hidup, meditasi dapat memberi Anda kesempatan untuk membangun dan mempertahankan rasa tercukupi dalam diri Anda.

Jika Anda sangsi dan tidak tertarik akan jalan hidup beragama, meditasi dapat membantu Anda keluar dari kesangsian dan melihat nilai-nilai praktis dari tuntunan keagamaan.

Jika Anda frustasi dan patah hati karena kurangnya pemahaman terhadap kehidupan dan dunia yang tidak pasti ini, meditasi dapat benar-benar membimbing dan membantu Anda untuk memahami kondisi dunia yang selalu berubah.

Jika Anda orang kaya, meditasi dapat membantu Anda untuk menyadari bahwa tidak ada harta benda yang dapat Anda miliki sesungguhnya, dan bagaimana menggunakannya bukan hanya untuk kebahagiaan diri sendiri namun juga untuk kebahagiaan orang lain.

Jika Anda orang miskin, meditasi dapat membantu Anda untuk membangun rasa tercukupi dan tidak iri terhadap orang lain yang lebih memiliki dari Anda.

Jika Anda seorang anak muda yang berada di persimpangan kehidupan dan tidak tahu kemana harus pergi, meditasi dapat membanu Anda memilih jalan yang tepat untuk meraih tujuan hidup.

Jika Anda orang lanjut usia yang telah jenuh dengan kehidupan ini, meditasi dapat membawa Anda ke dalam pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan ini sehingga dapat membebaskan penderitaan Anda dan meningkatkan keceriaan hidup.

Jika Anda mudah marah
, meditasi dapat membantu untuk mengembangkan kekuatan dalam mengatasi kelemahan sifat marah, benci, dan dendam untuk menjadi orang yang lebih tenang dan sabar.
Jika Anda iri, meditasi dapat memahami bahwa sifat mental negative tidak akan memberi manfaat apa pun.

Jika Anda sulit mengurangi nafsu indera, melalui meditasi Anda dapat belajar bagaimana menjadi majikan atas nafsu sendiri.

Jika Anda ketagihan minuman keras atau obat terlarang, meditasi dapat membantu mengatasi bahaya yang telah diperoleh.

Jika Anda orang yang berpikiran sempit, meditasi dapat membantu Anda untuk mengembangkan pengertian yang bermanfaat bagi diri Anda, teman, keluarga, dan pihak lainnya untuk menghindari salah pengertian.

Jika Anda orang yang emosional, dengan meditasi maka emosi Anda tidak akan mendapat kesempatan untuk menjerumuskan Anda.

Jika Anda menderita gangguan syaraf, meditasi dapat membangkitkan kekuatan positif dalam pikiran dan jasmani untuk memulihkan kesehatan Anda, terutama dari masalah kejiwaan.

Jika Anda memiliki pikiran yang lemah dan merasa rendah diri, meditasi dapat menguatkan pikiran Anda dan membangun keberanian Anda untuk mengasi kelemahan diri.

Jika Anda orang yang bijaksana, meditasi akan menuntun Anda ke arah kebijaksanaan tertinggi dan Anda akan melihat segala sesuatu seperti apa adanya, bukan seperti apa tampaknya.

Itulah beberapa manfaat praktis yang ditimbulkan dari latihan meditasi. Manfaat tersebut tidak mungkin Anda peroleh di pasar swalayan atau toko serba ada dimana pun, namun bisa dikembangkan melalui latihan meditasi. Karena itu, jangan lupa meluangkan waktu untuk melatih meditasi.

Selamat berlatih.



http://dhanaputra.blogspot.com/2009/01/manfaat-bermeditasi.html

Jangan Selalu Meniru

meniru harus dengan kebijaksanaan
Kita harus selalu waspada terhadap kecenderungan orang untuk meniru guru-guru mereka. Mereka menjadi fotocopy, salinan, cetakannya. Sama seperti cerita pelatih kuda kerajaan. Karena pelatih yang tua meninggal, sang Raja mengambil pelatih muda yang baru. Sayangnya pelatih baru ini jalannya timpang. Kuda-kuda yang baru dan cantik-cantik dibawa ke hadapan pelatih baru ini untuk dilatih, dan ia melatih dengan sangat bagus, berlari, bergaya, menarik kereta. Tapi tiap-tiap kuda yang baru tersebut kemudian berkembang menjadi timpang juga. Akhirnya raja memanggil si pelatih baru itu, dan kesalahan melihat ia timpang ketika memasuki ruang pertemuan, barulah raja mengerti semuanya dan dengan segera mencari pelatih yang baru.
Sebagai guru nantinya, kalian harus waspada tentang kuatnya pengaruh contoh yang anda tunjukkan. Dan, yang lebih penting, sebagai murid, kalian harus tidak mengikuti image (gambaran), tampak luar dari guru-gurumu. Ia lalu mengingatkan kembali kepada kesempurnaan pribadimu yang di dalam. Ambillah kebijaksanaan yang di dalam sebagai contoh kalian, dan jangan tirukan ketimpangannya.

Sumber : Buku Telaga Hutan Yang Hening

Ajahn Brahm, Si Winnie the Pooh

Ajahn Brahmavamso
Andai Ajahn Brahmavamso (60) tidak menjadi bhikku, barangkali dia sudah jadi pelawak atau aktor. Ceramahnya ringan, segar, dan jenaka. Lelucon-leluconnya mengandung pesan moral tak bersekat, tidak menggurui, tidak menghakimi, dan langsung kena di hati. Kisah-kisah yang disampaikan Ajahn Brahm, begitu sapaannya, merupakan antitesis dari seluruh standar yang dibangun di atas gagasan umum tentang ”kesuksesan” dan ”keberhasilan”. Melalui cerita, ia mengajak orang memasuki esensi hidup; wilayah lebih dalam dari ”kulit luar” kehidupan yang memesona, sekaligus mengikat, melekat. 
”Kalau saya tahu akan menjadi bhikku, saya tak perlu belajar sekeras itu di universitas, hahahaha…” ujar Ajahn Brahm, membuka ceramah Minggu (27/3) petang bertema ”Let Go Ego” di Jakarta, yang dihadiri lebih 5.000 orang. ”Begitu menjadi bhikku, saya harus melepas semuanya, termasuk melepas banyak pacar… hehehe….. Begitu melepas semua, saya merasa sangat bahagia…” ujarnya. Melepas, menanggalkan, meninggalkan adalah esensi Dharma yang sangat ia pahami setelah sembilan tahun menjadi petapa di hutan Thailand. ”Jika Anda benar paham fisika kuantum, Anda harus mampu membuat pelayan bar paham,” begitu kata pakar fisika kuantum, Werner K Heisenberg.
”Bercerita adalah cara yang indah untuk menyampaikan pesan,” ujar Ajahn Brahm, ketika ditemui di Jakarta, Senin (28/3) pagi, di ujung akhir 15 acara di berbagai kota selama 10 hari di Indonesia.
”Suatu cerita akan menghubungkan pengalaman orang yang satu dengan yang lain karena kita berada di dalam jaring kehidupan.” Cerita keledai Ajahn Brahm dikenal sebagai ”Ajahn Nike” karena selalu mengatakan just do it (lakukan saja)— promosi dagang sepatu merek Nike—untuk mendorong agar orang tidak mengeluh dan menggerutu. ”Semua pengalaman adalah pupuk bagi hidup,” katanya. ”Suatu ketika ada seekor keledai yang menjelajah hutan dengan riang, sampai tak sadar ia terperosok ke dalam sumur tua. Untung sumur itu kering dan tak terlalu dalam. Tetapi, keledai tak bisa memanjat, jadi ia berteriak, minta tolong, E..o.. eeoo eeooo..” Suara itu memancing seorang petani mendekat. Petani itu benci keledai, tetapi ia juga tahu, sumur itu sumber bahaya. Maka, dengan sekopnya, ia mengisi tanah ke dalam sumur untuk mengubur si keledai hidup-hidup, sekaligus menutup sumur. Menyadari yang terjadi, si keledai menjerit. Ia sedih dan takut. Setelah beberapa saat, keledai itu mendapat apa yang dalam pandangan Buddha disebut ”pandangan cerah”. Ia merangkul kekinian, dan… just do it. Tak ada suara lagi, sampai petani itu berpikir, ”Terkubur sudah keledai bego itu.”
Padahal, setiap sekop tanah yang menimpa punggungnya, si keledai menggoyang luruh tanah itu, lalu menginjak-injaknya hingga padat di bawah. Maka ia naik satu inci lebih tinggi. Begitu seterusnya. Petani yang sibuk menyekop tanah tak menyadari sepasang telinga mulai muncul di mulut sumur. Ketika pijakan sudah cukup tinggi, Keledai itu melompat keluar dari sumur dan melarikan diri. ”Saya ceritakan kisah ini pada Presiden Sri Lanka. Saya bilang, jika menghadapi kritik, berlakulah seperti keledai, goyang, luruhkan, dan Anda seinci lebih tinggi. Anda hanya perlu merangkul kekinian,” ujar Ajahn Brahm, ”Itulah let go ego….”
Maksudnya?
”Jangan biarkan orang lain merenggut kebahagiaanmu dengan membuatmu marah, kecewa, sedih,” ia menjelaskan makna melepas ego, yang dalam hidup sehari-hari dipahami sebagai ”menerima dengan keikhlasan yang tulus”. Cinta dan welas asih. Namun, tindakan melepas ego tak semudah mengucapkannya. Orang bertahan hidup dengan ego, kemudian sulit mengendalikannya. Ketika nafsu keinginan yang tak ada batasnya menguasai pikiran, orang tak tahu batas cukup dan tak bisa mensyukuri karunia hidup. ”Sandaran kebahagiaan bukan hal-hal yang bersifat material, ’kulit luar’ itu,” ujar Ajahn Brahm.
Menurut dia, segala bentuk kekerasan di dunia disebabkan oleh ego, oleh rasa takut dikalahkan. ”Terlalu banyak kompetisi, dan sangat sedikit kerja sama,” tuturnya. Pendidikan bisa memutus rantai itu, kata Ajahn Brahm. Sejak dini, anak dilatih menyeimbangkan kerja sama sosial dengan prestasi pribadi. Dimulai dengan 70 persen prestasi pribadi dan 30 persen nilai rata-rata kelas, sampai benar-benar seimbang. Itu akan mendorong anak bekerja sama untuk menutup kekurangan teman. ”Kementerian Dalam Negeri Inggris dari kabinet lalu memberi promosi bagi kerja sama, bukan prestasi pribadi. Penghargaan pada proses, bukan hasil akhir, pada ketulusan, kejujuran. Alangkah damainya kalau kita bisa menanggalkan gagasan menjadi yang terhebat,” kata Ajahn Brahm.
Gagasan itu melawan dalil umum tentang kemenangan sebagai hasil kompetisi sehingga acap dicapai dengan kecurangan. Di bidang politik, misalnya, terlihat sangat jelas, meski atas nama demokrasi. Padahal, cara itu berlawanan dengan arti ’kandidat’, yang berasal dari kata Latin candidatus, artinya putih. ”Pada zaman Romawi, kandidat posisi politik menggunakan jubah putih dalam kampanye pemilihan umum. Warna putih melambangkan bersih dari dosa, kemurnian, ketulusan,” jelasnya.
Menurut Anda, apa persoalan terbesar di dunia saat ini?
Kompetisi membuat orang kehilangan cinta dan welas asih. Situasi seperti ini membahayakan kehidupan karena menghancurkan kemanusiaan. Mari memahami bahwa bumi ini adalah rumah kita bersama. Kita saling terkait, terhubung, dan saling bergantung. Kita ini satu. Mari bekerja sama dengan tulus untuk menyelamatkan kemanusiaan dan bumi kita bersama.
Merangkul Sosok Ajahn yang kocak, jenaka di atas panggung berbeda dengan sosoknya ketika ia ditemui secara khusus. Senyumnya lepas, namun ia lebih serius. Sorot matanya tajam dan terasa mampu membaca gerak pikiran lawan bicaranya. Ia menyebut secara khusus nama Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, dan Abdurrahman Wahid sebagai tokoh yang merangkul dan menolak kekerasan. Beberapa kali Ajahn Brahm juga diundang ke acara lintas agama. Pernah, undangan disampaikan lewat telepon, dan ia diminta mengeja namanya. Ia mengejanya, ”B untuk Buddhis, R untuk Roma katolik, A untuk Anglikan, H untuk Hindu, M untuk Muslim….”
Menurut Ajahn Brahm, meditasi dan memaafkan merupakan sumbangan Buddhisme pada dunia. Pada semua jenis mistisisme dari berbagai tradisi spiritual, meditasi merupakan jalan menuju pikiran yang murni dan kokoh. Di puncak keheningan akan dipahami apa yang disebut”diri”, ”Tuhan”, ”dunia”, ”alam semesta”, dan segalanya.
Kisah favorit Ajahn Brahm adalah Winnie the Pooh, beruang lembut yang tak pernah belajar di sekolah. Ia adalah beruang dengan otak kecil yang membuatnya sangat bijak. Ia tidak berpikir, tetapi kesalahan.html”title=”" >melihat dan mengetahui sehingga ia begitu mudah dicintai.
Anda ingin menjadi siapa dalam cerita itu?
Winnie the Pooh hehehe…
Yang membuat Anda sedih atau menyesal?
Penyesalan dan kesedihan tak punya arti khusus buat saya karena saya telah melepas masa lalu. (Dalam salah satu ceramahnya, ia bercerita saat ayah yang sangat ia cintai meninggal. Ketika keluar dari krematorium di tengah gerimis tipis, ia tahu tak akan bisa bersamanya lagi. Namun, ia tidak menangis. Suara hatinya mengatakan, ”Ayah saya sungguh hebat. Hidupnya merupakan inspirasi luar biasa. Betapa untungnya saya telah menjadi putranya. Waktu itu saya menggenggam tangan ibu saya menuju perjalanan panjang masa depan. Saya merasa bahagia, seperti baru saja usai menonton konser terhebat. Saya tak akan pernah melupakannya. Terima kasih, Ayah…”)
Tentu saja ada banyak kesedihan jika Anda melihat tsunami di Jepang, menyaksikan orang berkelahi, berperang. Daripada sedih, saya melakukan sesuatu. Itu sebabnya saya banyak melakukan perjalanan dan berbagi.
Yang membuat Anda bahagia?
Yang paling penting adalah kebahagiaan saya sendiri dan kebahagiaan orang lain. Namun, setelah bertahun-tahun hidup sebagai petapa, saya tak mampu lagi membedakan antara kebahagiaan orang lain dan kebahagiaan saya. Itu sebabnya saya bepergian dan melayani sebanyak mungkin, memberi ceramah, menceritakan kisah- kisah kocak, membuat orang tertawa.
Anda bisa marah?
Hhmmm… Anda harus berusaha keras untuk membuat saya marah hahahaha…

http://buddhist.dipankarajayaputra.com/ajahn-brahm-si-winnie-the-pooh.html